Seperti biasa, kalau ada libur pada hari Jum’at, aku selalu memanfaatkan waktu untuk menyalurkan kegemaranku,
naik gunung atau sekedar jalan-jalan ke daerah yang jauh dari
perkotaan. Pada liburan kali ini, iseng aku memilih mau jalan kaki dan
berkemah di daerah Bandung Selatan sehingga ku siapkan perbekalan untuk 3
hari dua malam.
Ku bawa mobilku sampai ke rumah temanku di perkebunan lalu ku titipkan
disana, selanjutnya aku lanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki
melewati jalan-jalan di perkebunan. Udara yang sejuk disertai
pemandangan yang indah membuatku bersemangat melewati tanjakan demi
tanjakan di tengah kebun teh yang luas ini hingga akhirnya aku tiba di
sebuah pos tempat penimbangan. Ku lepas ranselku dan sambil menikmati
sebatang rokok kretek serta soft drink, ku edarkan pandanganku melihat
keindahan alam ciptaanNYA.
Ketenanganku tiba-tiba terusik mendengar ada langkah kaki di jalan
berkerikil lalu ketika ku tengok, tampak seorang perempuan sedang
berjalan dengan membawa ransel dan di tangannya memegang tongkat dari
ranting. Wajahnya tidak terlalu jelas karena tertutup topi dan berkaca
mata. Ketika jarak kami sudah dekat, perempuan itu memandang padaku dan
aku tersenyum saja sambil sedikit menganggukkan kepadaku, ternyata dia
malah menghampiriku.
“ Selamat Siang, Kang ….. “, katanya sambil melepas ranselnya kemudian duduk.
“ Selamat Siang juga, Teteh …. “, jawabku sambil ku tatap wajahnya.
Rasa-rasanya … aku seperti mengenal wajah ini tapi ….. dimana yaa ……..
aku sempat berpikir
“ Hey … Kang ? Kenapa bengong begitu ? “ tanyanya sambil mengibaskan tangannya.
“ Oh .. maaf … hehehe ….. mau kemana Teteh ? “ kataku sedikit malu karena sempat bengong melihat wajahnya ……
“ Aku mau ke Kawah …, masih jauh yaa ? “ tanyanya sambil melepas topinya.
Nah …. baru aku ingat …. Ini Titi Kamal !
“ Eh …. Kawah ? … Oh, ya lumayanlah “, jawabku agak gugup karena tidak menyangka bakal ketemu selebritis di daerah begini.
“ Kenapa Akang seperti yang bingung sih ? “ katanya sambil menatapku.
“ Bukan …. Teteh … Titi Kamal yaa ? “ tanyaku, penasaran.
“ Kalau Iya kenapa ? “ dia balik bertanya sambil mengeluarkan minuman dari ranselnya.
“ Titi Kamal ? “ aku meyakinkan.
“ Iyyyaaa, saya Titi Kamal “, sambil menepuk-nepukan tangannya ke dada
terus dengan santainya dia minum air mineral dari botolnya.
“ Gak nyangka aja, ternyata Teteh suka begini “, kataku lalu ku hampiri
dia dan ku sodorkan tanganku untuk berjabat tangan dan dia sambut
tanganku dengan disertai senyum.
“ Adi “ kataku sambil menjabat tangannya yang lembut.
“ Titi “ katanya singkat lalu dia melepaskan tangannya dari genggamanku dan aku kembali duduk, mengeluarkan kembali rokokku.
Kami diam sejenak menatap pemandangan yang ada di daerah ini kemudian kulihat Titi membuka sehelai kertas lalu dia bertanya
“ Kang Adi suka main di daerah ini ? “
“ Ya gitulah … di saat ada libur aja …. Kenapa ? “
“ Kalau ini namanya daerah apa Kang ? “
“ Ini daerah Tenjo Laut, Afdeling Barusell, Perkebunan Patuhahwattee “
“ Aih .. aihh … sampai hapal gitu”
“Namanya juga suka main kemari, ya pasti hapal atuh”
Titi meneliti kertas yang dipegangnya lalu ku hampiri dia pelan-pelan
dan dia perlihatkan kertas yang dipegangnya, ternyata peta wilayah
perkebunan ini.
“ Nah … kita ada disini Teh “ kataku sambil menunjukkan satu titik di peta itu.
“ Berarti ke Kawah masih jauh yaa ? “
“ Ya lumayanlah …. Satu jam jalan kaki dari sini “
“ Waaahhh ….. aku pikir udah dekat “
“ Dekat dekat jauh deh ….. “ candaku
Titi tertawa renyah mendengar jawabanku dan dia keluarkan bungkusan dari
ranselnya, lalu dia tawarkan isinya padaku. Ku ambil beberapa potong
sambil menggumankan terima kasih lalu ku nikmati saja biskuit
pemberiannya.
“ Kang Adi aslinya dari mana ? “
“ Saya mah urang Bandung pituin, tinggal di daerah Bandung Utara “
“ Pituin itu apa ? “
“ Asli “
“ Ohhh …… “ jawabnya
“ Nah Teteh sendiri koq mau-maunya main ke daerah ini … sendirian lagi. Emang Teteh suka melakukan kegiatan begini ? “
“ Iya sih. Aku suka diam-diam pergi ke daerah-daerah wisata yang tidak
terlalu terbuka. Aku senang aja menikmati alam tanpa diganggu oleh
kehadiran pers “
“ Padahal kan pers yang bikin Teteh jadi ngetop “
“ Betul tapi aku juga butuh kesempatan untuk bisa menikmati privaciku dong “
“ Iya … sih dan sekarang Teteh sedang menikmatinya “
Hening sejenak, ku lihat dengan ekor mataku, Titi sedang menatapku.
“ Kang Adi ….. “
“ Ya ? “
“ Keberatan ndak kalo nemenin aku ? “
“ Ya berat sih kalau harus bawain juga ranselnya “
“ Aaahhhh … Kang Adi ini becanda melulu ….. mau kan ? “
“ Ya ayo aja … lagian siapa yang mau nolak kalau nemenin seleb “
“ Kang Adi … sekarang aku cuma seorang Titi Kamal, bukan seleb dan aku minta kesediaan Akang untuk nemenin aku “
“ Ya kalau Teteh percaya sama aku, mangga teh teuing “
“ Bahasa Sunda Akang kadang suka lucu deh, aku suka tuh dengar orang Sunda kalau berbicara pakai bahasanya “
“ Ya kudu bangga atuh menggunakan bahasa sendiri “
Kami kemudian ngobrol tentang daerah yang terlihat dari tempat kami
istirahat. Kebetulan tempat kami beristirahat memang ada di daerah
pedataran tinggi sehingga hampir semua terlihat. Apalagi saat ku
sodorkan padanya teropong, Titi begitu antusias menanyakan daerah demi
daerah yang tampak jelas dari teropongku. Otomatis posisi dudukku jadi
dekat dengannya. Tercium olehku harum rambut dan tubuhnya namun karena
aku tidak mau dikatakan kurang ajar, aku tetap membuat jarak agar
tubuhku tidak bersinggungan dengannya. Rupanya Titi menaruh simpati
padaku dengan sikapku ( ge-er nih ), hal itu terbukti dengan sikapnya
yang makin terbuka seolah aku ini kawan lama buatnya.
“ Sekarang rencana Teteh bagaimana ? “
“ Kang, kalau aku lihat usia Akang ada di atasku, plis deh, jangan panggil aku Teteh … panggil saja namaku “
“ Takut aja aku mah, nanti dibilang tidak menghormati “
“ Akang jangan gitu ah. Dari tadi juga Akang baik tuh ….. “
“ Ya atuh … jadi aku panggil Titi aja “
“ Jangan pakai Aja “
“ Baik Titi Aja “
“ Ahhhh …. “ sambil dia cubit tanganku dan aku tertawa melihat gayanya.
Kami menjadi akrab lalu setelah lelahnya hilang, aku ajak dia untuk
berjalan menuju lokasi yang dia inginkan. Sepanjang jalan kami saling
bercerita dan dia banyak tertawa kaena aku sering menceritakan hal-hal
yang lucu padanya. Kadang dia sampai menjerit-jerit minta aku menyudahi
cerita karena tidak kuat menahan tawa …. Ah, ternyata seorang Titi Kamal
bisa juga tertawa lepas oleh guyonanku yang bukan pelawak ini.
Akhirnya kami tiba juga di Kawah dan kebetulan tempatnya sepi, hanya ada
beberapa turis lokal dan mereka tidak tahu bahwa yang sedang berjalan
denganku adalah seorang selebritis yang terkenal sehingga Titi dengan
santai dia dapat menikmati keindahan panorama Kawah yang sudah terkenal
ini. Dia memotret berbagai objek termasuk memotret aku, kadang dia
meminta aku memotretnya.
Puas memotret, tiba-tiba bb Titi berbunyi lalu ku dengar dia berbicara
agak serius kemudian setelah selesai kulihat roman wajahnya seperti yang
kesal tetapi aku pura-pura tidak tahu. Aku tetap anteng aja menghisap
rokok kretekku sambil melihat gambar-gambar di kamera hasil pemotretan
tadi.
“ Kang …… “ suara Titi di sebelahku
“ Ya ? “ jawabku sambil menoleh padanya
“ Rencana pengambilan foto diundur sampai hari Minggu …. Jadi aku tidak tau mesti mengisi hari besok dengan acara apa ….. “
“ Ya terserah kau saja. Kalau mau turun ke Bandung, nanti aku antar
karena ada mobilku di bawah sana, tapi kalau mau jalan-jalan disini,
tidak jadi apa, akan ku temani “ jawabku.
Tampak Titi berpikir lalu akhirnya dia kembali membuka bb nya dan
menghubungi seseorang. Aku tidak mau nguping obrolannya jadi aku jalan
agak menjauh lalu Titi memanggilku
“ Kang Adi …. Sini “
Ku hampiri dia, lalu Titi bilang dengan penuh semangat
“ Kang, barusan aku telepon managerku, ku bilang bahwa aku mau
jalan-jalan aja di perkebunan sampai sabtu pagi. Managerku awalnya
khawatir tapi setelah ku bilang ada yang nemenin, dia mengijinkan aku.
Kang Adi mau kan nemenin aku ? “
“ Aku mah siap-siap saja, siapa nolak nemenin selebritis ….. “, jawabku.
“ Tuh .. mulai lagi deh “, jawabnya sambil memukul pelan tanganku. Lalu
ku buka peta yang dibawanya, ku tunjukkan tempat-tempat bagus di sekitar
daerah situ dan Titi dengan penuh semangat meminta aku untuk
mengantarkannya ke tempat-tempat itu.
Dari kawah, kami kembali berjalan, kali ini ku bawa dia untuk menuju
sebuah kawah kecil yang masih aktif. Jalan kesana memang agak terjal
tapi Titi ikuti saja langkahku, kadang tangannya ku pegang bila jalan
terlalu menurun atau mendaki dan kalau dia merasa lelah, ku suruh dia
beristirahat bahkan pada akhirnya daypacknya aku bawakan.
Kami semakin akrab saja, sampai akhirnya kawah yang ku sebutkan terlihat
di depan mata. Titi kembali memotret objek-objek yang menarik, kadang
dia memotret aku hingga tak terasa waktu bergerak menuju senja. Ku
ingatkan dia untuk segera keluar dari wilayah ini karena bila senja
hari, disini kabutnya suka tebal. Setelah dia menyimpan kameranya, ku
ajak dia berjalan menuju jalan utama perkebunan namun ternyata apa yang
ku khawatirkan akhirnya terjadi juga. Kabut tebal datang menyergap kami
saat waktu sudah magrib, otomatis jalan menjadi tidak terang hingga
kukeluarkan senter untuk membantu menerangi jalan.
Satu sisi aku senang bias jalan-jalan dengan seorang selebritis, tapi di
sisi lain aku khawatir terjadi hal-hal yang tidak enak dan aku pasti
akan menjadi sorotan karena sudah berlaku gegabah membawanya ke daerah
yang asing tetapi ketika ku lihat, Titi tenang-teang saja ku bawa ke
daerah itu sehingga aku jadi ikut tenang.
Jalan utama yang menuju kea rah afdeling terdekat ternyata masih belum tergapai sedangkan malam sudah keburu datang.
“ Ti …. “, panggilku saat ku suruh dia beristirahat di batang pohon yang roboh.
“ Ya, Kang ? “
“ Hari sudah gelap nih, kau masih kuat gak kalau aku bawa jalan barang
dua jam lagi. Di sana ada perkampungan perkebunan, kau bisa istirahat di
salah satu rumah penduduk “, kataku dengan rasa khawatir akan
keselamatannya.
“ Kang Adi, tadi kan aku sendiri yang memilih untuk jalan-jalan dengan
Akang, jadi Akang gak usah sekhawatir itu … nyantai aja deh. Aku
percaya, Akang bakal jaga keselamatanku “
“ Beneran nih ? “ tanyaku untuk meyakinkan diriku sendiri.
“ Beneran. Suer “, katanya sambil mengacungkan tanda V dengan kadu jarinya.
“ Oke. Sekarang, karena aku lihat kau sudah lelah, maka di depan sana
ada pedataran …, kita pasang tenda disana saja. Kebetulan di tempat itu
ada sumber airnya, lumayan untuk bersih-bersih “ tawarku.
“ Beneran ? Aku mau Kang … aku mau “ jawabnya spontan sehingga menggembirakan aku.
Ku sodorkan padanya jaket karena ternyata dia cuma bawa switer dan Titi
mengenakan jaket pemberianku lalu setelah beberapa saat, ku ajak dia
berjalan menuju tempat yang ku rencanakan. Karena jalan gelap serta
hanya diterangi senter, otomatis Titi tidak melepaskan tangannya bahkan
beberapa kali dia malah memeluk tanganku sehingga tanpa sengaja dadanya
membentur lenganku. Titi sama sekali tidak canggung bersikap padaku
sehingga aku jadi terbiasa saja menggamit tangannya bila jalan agak
sulit.
Tiba di tempat yang ku katakan, segera ku dirikan tenda lalu setelah
berdiri, ku persilahkan dia untuk istirahat di dalam tenda, sementara
aku menyalakan unggun untuk mengusir rasa dingin. Setelah unggun
menyala, ku panaskan air mineral dari botol lalu kubuatkan minuman
hangat untuknya. Selama aku bekerja, Titi hanya menatapku, sesekali
memberikan komentar dengan apa yang ku kerjakan. Setelah dia minum
beberapa teguk, ku minta dia untuk ku tinggal sebentar karena aku mau
mengambil air bersih di sumber tapi ternyata dia tidak mau ku tinggal
sendirian.
“ Gak ah … aku atut ditinggal sendiri “
“ Disini mah tidak ada apa-apa Ti, aman-aman saja “ kataku
“ Gak mau … aku ikut ke sumber air aja “ jawabnya sambil keluar dari
tenda lalu berdiri disisiku sambil memegang tanganku. Aku kalah, ku
tuntutn saja dia menuju sumber air yang jalannya agak curam sehingga
jalan kami jadi sangat perlahan karena Titi belum terbiasa menyusuri
jalan seperti itu dan setelah beberapa lama, tibalah kami di sumber air.
“ Aih … koq tempatnya begini ? “ Titi bingung menatap sumber air yang hanya di kelilingi rimbunan pohon teh dan alang-alang.
“ Ya namanya juga di gunung. Kalau ada showernya mah ya di hotel atuh “
jawabku nyantai sambil ku serahkan senter padanya lalu aku mencuci muka.
“ Akang mau mandi ? “ tayanya
“ Ya mau, tapi bagaimana mau mandi kalau kau diem disitu ? “ jawabku sambil menatapnya.
Titi tertawa perlahan lalu jalan agak menjauhiku dan setelah posisinya
agak jauh di balik gerumbul, aku segera membuka pakaianku dan mandi.
Beerrrrrr, dingin air gunung membuat tubuhku menggigil tapi karena
tubuhku seharian sudah mandi keringat, aku bela-belain mandi. Selesai
mandi, aku pakai kembali bajuku dank u panggil Titi. Ku tawarkan dia
untuk mandi, tapi ternyata dia tidak mau …. Takut katanya, Ku ambilkan
saja air dari sumber, ku simpan di jerigen terus ku ajak dia kembali ke
tenda. Tiba di tenda, ku panaskan air dan setelah mendidih, ku campurkan
air dingin. Ku suruh dia untuk membasuh wajahnya supaya segar. Titi
turuti mauku, saat dia sedang membersihkan wajahnya, ku siapkan makanan
kaleng perbekalanku …. Ku bakar di unggun, setelah panas, kubuka
kalengnya dengan pisau lalu ku tawarkan makan malam sederhanaku padanya.
Titi terlihat senang menikmati makanan orang hutanku dan dia banyak
bertanya tentang makanan itu. Kami makan dengan lahap dan setelah makan
sambil menikmati minuman hangat sambil duduk berdampingan, kami saling
bertukar cerita tentang pengalaman masing-masing. Dari ceritanya aku
dapat pengetahuan bahwa tidak semua selebritis itu bahagia dengan
kehidupan selebnya. Ada sisi-sisi kehidupan orang kecil yang mereka
rindukan.
“ Aku kadang suka ingin bisa jalan dengan santai tanpa orang harus melihatku sebagai seleb Kang “
“ Lha, hari ini kau bisa mengalaminya. Aku tidak melihatmu sebagai seleb koq “, jawabku.
“ Tapi tadi kan Akang sempat begitu …. “ jawabnya
“ Hanya beberapa saat, sesudahnya kan tidak Ti “ jawabku.
Ku keluarkan harmonica kesayangku lalu ku mainkan beberapa lagu dan
sepertinya Titi terhanyut dengan permainan harmonikaku. Tiba-tiba saja
kepalanya bersandar di bahuku …. Aku sempat kaget tapi ku tenangkan saja
hatiku dank u teruskan permainan harmonikaku. Saat aku alunkan lagu
Annie Song-nya John Denver, Titi seperti sangat menghayati dan aku kaget
juga ketika ku dengar dia mengisak …. Ku hentikan tiupan harmonikaku.
“ Ti ? …. Kenapa ? “ tanyaku.
“ Lagu itu …. Mengingatkan aku pada seseorang Kang “ katanya sambil mengusap air matanya.
“ Duh .. maaf atuh … aku tidak tahu “, kataku menyesal.
“ Gak apa …. Akang tidak salah koq …… “ jawabnya lalu dia tersenyum. Aku
jadi tidak enak untuk melanjutkan permainan harmonikaku jadi ku
hentikan saja dan ketika ku lihat jam, ternyata sudah mau jam 22 dan
kulihat Titi beberapa kali menguap sehingga ku persilahkan dia untuk
masuk ke tenda. Ku keluarkan sleeping bagku dan ku serahkan padanya.
“ Lho … terus Akang tidur pakai apa ? “ tanyanya saat dia menerima sleeping bagku.
“ Gampang, aku masih mau duduk-duduk dekat unggun “, jawabku sambil
keluar dari tenda dan kututupkan pintunya agar angin tidak masuk.
Aku naikan sleting jaketku hingga ke leher, ku pakai balacalvaku dan
kaos tangan wool dan ku jerang kembali air untuk menghangatkan perutku.
Ku nikmati rokok kretekku sambil ku lihat jutaan bintang di langit yang
tidak berbulan.
Udara malam semakin menggigit sehingga ku besarkan nyala unggun untuk
melawan dingin, pantas, sudah jam 1. Ku buka flysheet untuk ku jadikan
selimut lalu aku berbaring di atas matras … lumayan hangat dan perlahan
kesadaranku mulai menghilang menuju ke alam mimpi tetapi tiba-tiba ku
dengar pintu tenda dibuka lalu …… muncul kepala Titi.
“ Kang ? “
Aku bangun
“ Koq bangun Ti ? Ini masih jam 1 malam ….. “
“ Aku gak bisa tidur, dingin sekali dan aku tidak enak sama Akang. Akang
yang punya barang, koq aku yang pakai lalu Akang malah tidur di luar
begini …… “
“ Ya tidak apa Ti, disini juga hangat … ada unggun “ jawabku
“ Gak mau, Akang tidurlah di tenda sama aku “, jawabnya sambil menghampiriku lalu menarik tanganku untuk masuk ke tenda.
Aku manut saja … ku singkirkan fly sheet yang sudah basah oleh embun lalu aku turut masuk ke dalam tenda.
Ku tutup pintu tenda lalu aku berbaring di sampingnya tapi justru aku
malah tidak bisa tidur. Di sebelahku, saat ini, terbaring seorang
selebritis, Titi Kamal dan berbagai perasaan berkecamuk di sampingku
hingga semakin sulitlah aku untuk tidur.
“ Koq Akang jadi melamun ? “ Tanya Titi memecah keheningan.
“ Ndak Ti, cuma bingung aja …. Mimpi apa aku koq sampai bisa tidur setenda denganmu ?’
“ Emangnya kenapa dengan aku ? “
“Ya bingung, ya gak percaya .. koq bisa-bisanya aku tidur bersebelahan
dengan sele ..” tiba-tiba Titi menutup bibirku dengan tangannya dan
berkata “ Stop, jangan diteruskan lagi “. Aku mengangguk-anggukan
kepala, baru dia lepaskan tangannya lalu dari mulutku keluar kata-kata “
..britisssss “ sambil ku miringkn tubuh memunggunginya dan …..Titi
langsung menyerbuku dari belakang, mencubiti dadaku dan entah sadar atau
tidak, bibirnya begitu dekat dengan telingaku … ku raih saja tangannya
….. dan ku putar tubuhku sehingga sekarang poisisi titi berhadapan
denganku ….. bibirnya begitu dekat, begitu menggoda …. dan matanya yang
semula menatapku sekarang mulai meredup dan akhirnya perlahan ku
tempelkan saja bibirku ke bibirnya …. 1,2,3.4.5 detik … ku jauhkan
wajahku, mata Titi tetap terpejam dan tangannya malah memelukku sehingga
tanpa pikir panjang lagi … kusatukan lagi bibirku dengan bibirnya dan
ku baringkan tubuhnya dan ku tindih dia. Kami berciuman dengan lembut,
lidah kami berpilin dan karena aku tidak merasakan adanya penolakan,
maka ciumanpun ku tingkatkan, ku gigit lembut bibirnya, ku hisap
lidahnya dan tanganku mulai bergerak ke arah dadanya. Saat tersentuh, ku
remat dengan perlahan …. Sementara mulutku sudah mulai bergerak ke
lehernya yang jenjang, lidahku bermain disana dan Titi merintih serta
melenguh kenikmatan ….. tubuhnya kadang mengejang kadang melemas dan
tanganku semakin nakal di dadanya.
Lidah saya terus bergerak menuju celah antara kedua payudaranya. Titi
sudah tidak menentu gerakan kepalanya, kadang menggeleng kekiri-kekanan
kadang sedikit terdongak menatapku kadang meregang ke belakang karena
kegelian oleh tarian lidahku. Baju yang dia kenakan sudah terbuka,
pengait bhnya sudah ku lepaskan sehingga terbentanglah tubuh setengah
telanjangnya ……. Perlahan lidahku mulai turun menjelajah perutnya yang
mulus. Kadang ku gigit lembut disitu hingga Titi semakin menggelinjang .
“ Kanggggggg ….. oooohhhh …… Kang Addddiiiiiiiiiii “
Perlahan celananya kuturunkan sekaligus dengan celana dalamnya lalu
lidahku bergerak turun lagi menuju selangkangannya. Aku ciumi rambut
yang menutupi kemaluannya, ku cari celahnya dan Titi pun membuka
pahanya. Aku ambil posisi di antara kedua kakinya. Kedua tanganku
mencoba membuka lubang kemaluan Titi sampai lubangnya terlihat. Aku
ciumi dan jilati celah kenikmatan Titi yang sudah tidak perawan ini
dengan penuh nafsu. dan Titi kegelian sehingga sesekali mendorong atau
menekan kepalaku. Rintihannya sudah tidak menentu dan nafsunya sudah
terlihat jelas. Dari lubang kenikmatan telah keluar cairan yang
menandakan Titi sudah siap untuk menerimaku sehingga segera ku buka
bajuku hingga kami bertelanjang bulat. Lalu aku teduhi tubuh
telanjangnya dan perlahan namun pasti batang kemaluanku bergerak masuk.
Setelah terbenam seluruhnya, ku diamkan sejenak sambil ku cium bibirnya.
Titi memelukku dan kakinya membelit pinggangku dan mulailah ku ayun
pinggulku dan Titi bekerjasama dengan menggoyangkan pinggulnya.
Dari mulut kami terdengar desah, rintih dan lenguh mengiringi gerakan
kami lalu Titi berguling ke samping dan kini Titi sudah berada di atas
tubuhku. Aku bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata. Buah
dadanya yang masih kencang dengan puting susu yang mengacung ke atas
mengundangku untuk meraih puting susu itu lalu ku jilat dan ku kulum.
“Ooouuuhhhh … Kang Adi … teruskan … Kangggggg ” desah Titi sambil terus
meliuk-liukkan pinggulnya memainkan batang kemaluan yang berada di dalam
lubang kemaluannya.
Tanganku meremas buah dadanya yang tak terlalu besar tapi pas dengan
telapak tanganku. Kadang tanganku meremas pantatnya yang masih kenyal,
bibirku melumat bibirnya
dan membuat goyangan pinggul Titi semakin liar naik turun maju mundur tak karuan.
“Adduuuhhh ….. Kang Addddiiiiiiiiiii” lenguh Titi dengan gerakan yang kian tak teratur dan akhirnya
tubuh Titi mengejang, kurasakan ada cairan hangat mengucur deras
membasahi batang kemaluanku. Titi menggelepar dan menggelinjang liar
dengan nafasnya yang tersengal. Lalu segera ku balikkan lagi tubuh
telanjangnya dan aku ayunkan dengan cepat pinggulku, mengayunkan batang
kemaluanku keluar masuk di lubang kemaluannya yang masih terasa sempit
tapi sudah licin karena Titi sudah menggampai puncak kenikmatannya dan
ketika aku sudah mulai merasa akan tiba di puncakku, ku peluk tubuh
Titi, ku hujamkan batang kemaluanku se dalam-dalamnya dan ku lepaskan
cairan kenikmatanku menyirami kedalaman lubang kemaluan Titi ….. ada 3-4
kali kedutan nikmat yang ku rasakan. Ku rengkuh tubuhnya dalam pelukan
yang sangat kuat dan Titipun menggigit dadaku … rupanya kembali dia
mencapai puncaknya bersama dengan letupanku …..
Tubuh kami mengejang beberapa saat kemudian akhirnya aku ambruk di
sisinya. Ku kecup bibirnya sebagai ungkapan bahagia dan terima kasihku,
Titi menatapku sejenak sambil tersenyum lalu dia peluk tubuhku dan
membelitkan kakinya ke tubuhku sehingga kurasakan kemaluannya yang basah
menempel tubuhku. Kutarik sleeping bag menutupi tubuh telanjang kami
dan akhirnya kami tertidur kelelahan tapi dengan perasaan yang sangat
tenang dan bahagia …..
Keesokan paginya, aku terjaga karena hangatnya sinar matahari yang
menerpa ke wajahku dan kulihat Titi masih terlelap memelukku. Sejenak
kulihat punggung telanjangnya yang semalam bersimbah peluh ketika
menggapai puncak birahi …. Ku usap dengan perlahan lalu ku cium
rambutnya yang panjang sebahu. Titi menggeliat lembut tetapi tidak
terbangun oleh elusan dan kecupanku di rambutnya. Perlahan ku dorong
tubuhnya agar lepas dari tubuhku lalu ku selimuti tubuh telanjangnya
dengan sleeping bag dan fly sheet … perlahan ku pakai celana dan kaosku
lalu aku keluar tenda untuk membuat air panas. Kunyalakan tungku dank u
panaskan air mineral dari botol. Sambil menunggu air, ku basuh wajahku
dan ku hirup udara sejuh keindahan pagi ini.
Aku duduk sambil menunggu air mendidih dank u bayangkan kembali kejadian
hari kemarin …. Aku, bias jalan, tidur dan bersetubuh dengan seorang
selebritis yang bernama Titi Kamal ? Edan … ini pengalaman yang paling
top dari semua pengalamanku meniduri perempuan …. Masih terbayang
desahnya, geliatnya saat tubuhku menggeluti tubuh hangatnya Titi … ah,
siapa yang akan percaya kalau aku semalam sudah bersetubuh dengannya ?
Ketika air mendidih, saat aku akan mengangkat nesting, tiba-tiba muncul
kepala Titi dan dia keluar dengan hanya membalutkan sleeping bag di
tubuhnya yang telanjang dan dia berjalan mendekatiku.
“ Pagi, Kang ….. “ sambil dia cium pipiku lalu dia duduk di sampingku.
Ku buatkan dia minuman hangat manis lalu ku sodorkan padanya. Dia terima
sambil tersenyum dan menggumankan terima kasih …. Aaahhh, senyumnya ….
Lalu kami nikmati minuman hangat dan kurengkuh tubuhnya agar merapat ke
tubuhku. Dia manda, kepalanya di sandarkan di bahuku. Perlahan ku
gumankan lagu George Gorban You Raise Me Up ….
“ Kang ….. “
“ Ya ? “
“ Kenapa Akang nyanyikan lagu itu ? “
“ Lagu yang menggambarkan tentang rasa syukur seseorang yang telah mendapatkan semangat dari orang lain ….. “
“ Akang dapet semangat dari siapa ? “
“ Dari kaulah …. “ sambil ku kecup pipinya
“ Justru aku dari sejak kemarin telah Akang beri semangat. Sebenarnya
aku pergi ke gunung karena aku sedang down banget …. Aku bingung mau
ngapain, mau ngomong ke siapa dan dalam kegalauanku, aku pergi ke daerah
ini dan bertemu dengan Akang “
“ Ah … aku kan gak berbuat apa-apa, Ti, kenapa kamu malah bilang aku memberi semangat ?
“ Justru itu. Sikap Akang saat jalan dengan aku yang begitu melindungi
aku, perhatian Akang yang tulus tanpa pamrih sama aku ….. “
“ Itu mah biasa Ti, kalaupun aku bertemu dengan orang lain juga, ya aku
pasti akan begitu. Bagi sebagian besar orang-orang seperti kami,
menolong dan membantu orang lain itu wajib hukumnya … “
“Justru itu, di lingkunganku jarang ditemui hal seperti itu. Mereka mau
dekat-dekat aku selalu ada maunya …. dengan Akang aku merasakan sebuah
ketulusan … aku sudah dapat pelajaran berguna dari Akang ….. Terima
Kasih yaa “ dan dia kecup pipiku. Ku peluk dia lebih erat …………
“ Sekarang, apa rencana kita, Kang ?”
“ Kau harus ada di Bandung Sabtu pagi kan ?”
“ Iya. Pemotretannya memang hari Sabtu tapi aku jadi betah disini Kang”
“ Ah, jangan mengecewakan orang, Sayang, mereka kan perlu makan. Mereka
sudah siap-siap lalu kau malah tidak dating, kasihan atuh …. “
Titi terdiam lalu dia berdiri dan berjalan ke tenda … lalu ku dengar dia tengah berbicara dengan seseorang.
Tak lama kemudian dia keluar lagi, masih dengan tubuh berbalut sleeping bag … ah, cantik benar bidadari ini kataku dalam hati.
“ Barusan sudah aku telepon managerku, ternyata pemotretan diundur lagi
ke hari Senin …. Bête jadinya aku harus nunggu “, mukanya merengut.
“ Deeeuuuuu … yang bête “, godaku.
Titi menatapku dengan ekspresi cemberutnya tapi kemudian dia tersenyum
dan memelukku, otomatis sleepingbag yang membungkus tubuhnya terlepas
tetapi sepertiya dia tak perduli …..
“ Tapi dengan Akang aku gak bête koq “, dan sebuah ciuman mendarat di
bibirku. Ku balas saja ciumannya dengan memainkan lidahku di bibirnya
dan dia sambut lidahku dengan lidahnya. Tanganku pun akhirnya tak
tinggal diam, ku belai punggung telanjangnya lalu ku remas buah dadanya.
Tubuhku terdorong sehingga terguling di atas rumput basah, Titi ada di
atas tubuhku dan dia terus ciumi aku dengan penuh gairah. Semula ingin
aku balikkan tubuhnya tetapi karena rumput masih basah, maka aku
bertahan saja dengan posisi ini. Tanganku sudah mulai memainkan dada
Titi dan ini membuat Titi terengah-engah dan bibir Titipun selepas dari
bibirku, sudah bergerilya ke leherku, telingaku ….. desah-desah lembut
ku dengar dari mulutnya ketika putting dadanya ku mainkan.
“ Ooohhh ….. Kaaaannnggggg “
Tanganku yang tidak bias bergerak bebas karena tindihan tubuhnya
akhirnya hanya bermain sekwilda (sekitar wilayah dada) dan sedikit ke
perutnya yang dating tetapi agak sulit untuk bergerak ke
selangkangannya. Ku belai punggung telanjangnya dan kujilati saja leher
dan bahunya.
“ Titi … udah dulu dong ‘Yang …. Ntar ada yang lewa “ kataku
“ Semalem Kang Adi hebat deh … aku suka banget “
“ Terus mau lagi ? “
Titi tidak menjawab tetapi dia kecup bibirku …… dan buatku itu merupakan
jawaban sehingga akhirnya ku ponding tubuh telanjangnya ke dalam tenda,
ku taruh perlahan di atas matras lalu ku tutup pintu tenda.
Ku buka kaos dan celanaku sambil menatapnya dan Titi memandangku dengan
pandangan yang sayu. Tubuh telanjangnya ternyata begitu indah untuk
dilihat. Rambut panjang tergerai, buah dada yang besar dan pinggul yang
besar serta lubang kenikmatannya yang telah ke jelajahi semalam
bersamanya.
Lalu setelah aku telanjang sama dengan dia, ku baringkan tubuhku dan ku
peluk tubuh telanjangnya. Dia sambut aku dengan ciumannya dan kemudian
kami berciuman. Mula-mula lembut namun semakin lama semakin panas dan
tanganku mulai bergerak. Awalnya ku mainkan dadanya bergantian, ku
usap-usap putiingnya dan makin lama Titi semakin bergairah, tangannya
mulai bergerak turun untuk menuju selangkanganku dan akhirnya batang
kemaluanku terpegang olehnya lalu mengocoknya pelan-pelan sehingga tanpa
kusadari aku mengeluarkan desahan kecil, “ssshh…, aahh”, sambil kedua
tanganku kuusap-usapkan di wajah dan rambutnya.
“ Kaaanggg, aku ingin menghisapnya “ bisik Titi dan kemudian kubalikkan tubuhku ke posisi 69.
Langsung saja Titi memegang batangku dengan kedua tangannya lalu
mengeluarkan lidahnya serta menjilati kepala batangku lalu Titi membuka
mulutnya lalu memasukkan batangku masuk ke dalam mulutnya. Kurasakan
lidah Titi memainkan kepala batangku dan sesekali dia menghisapnya
dengan lembut hingga kenikmatan yang luar biasa kurasakan pagi ini dan
kemudian tanpa membuang waktu lebih lama lagi, aku mulai melebarkan
kakinya dan kuletakkan badanku di antara kedua pahanya, lalu kusibak
bulu kemaluannya yang lebat itu untuk melihat belahan kemaluannya,
ternyata kemaluan Titi telah basah sekali. Saat ujung lidahku kujilatkan
kekelentitnya, kurasakan tubuh Titi menggelinjang agak keras lalu
dengan cepat kumainkan lidahku. Kadang sesekali kusedot dengan agak
keras ini sehingga Titi mulai menaik-turunkan pantatnya serta suaranya
sudah meracau memanggil manggil namaku dan saat kukecup daging kecilnya
Titi menggelinjang hebat.
“Aahh…, Kang Adddiiiiiii enaak…, aahh”, sambil kedua tangannya meremas
pantatku serta menekan kepalaku lebih dalam masuk ke lubang kemaluannya.
Jilatanpun kuteruskan hingga gerakan tubuh Titi semakin tidak beraturan
dan ke dengar suara Titi setengah mengerang, “aahh…, oooh…, Kang
Addiiiiiii ….. aku sampaiii ……….. oooh”
Tubuhnya terdiam lalu ku balikkan dan tanpa membuang waktu lagi aku lalu
kupegang batang kemaluanku yang sudah mengeras dan basah oleh
kulumannya dan kuusapkan di belahan bibir kemaluannya sudah sedikit
terbuka. kutusukkan batang kemaluanku dengan lebih perlahan ….. kuresapi
gesekan batang kemaluanku dengan dinding kemaluannya yang masih peret
dan …..Bleess …. Batang kemaluanku masuk seluruhnya ke lubang
kemaluannya diikuti dengan teriakan kecil, “Ahhhhhh, Kang
Adddiiiiiiiiiii” dan jemari tangan Titi terasa menekan di punggungku.
Setelah diam beberapa detik karena aku sendiri merasa nikmat berada
dalam cengkraman lubang kemaluannya, perlahan kunaik-turunkan pantatku
sehingga batang kemaluanku yang terjepit di dalam lubang kemaluannya
keluar masuk dan Titi mulai menggoyang-goyangkan pantatnya pelan-pelan
sambil mendesah.
Sambil ku genjot pinggulku, sesekali ku cium bibirnya, meremas
punggungnya, pantatnya. Sementara nafas Titi sudah kian memburu dan lalu
ku cabut batang kemaluanku, kubalikkan tubuh Titi yang sudah bersimbah
peluh lalu setelah posisinya nungging segera saja kutusukkan kembali
batang kemaluanku ke lubang kemaluan Titi yang sudah sangat basah. Saat
semua batangku sudah masuk terbenam semua di dalam lubang kemaluannya,
aku lanjutkan lagi gerakan maju mundur dengan ayunan keras dan kuat.
Tiap kali batang kemaluanku kutekan dengan kuat ke dalam luang
kemaluannya, Titi mendesah kadang menjerit kecil memanggil namaku, “Oooh
…. Kang Adddiiiiiii ……….. enak sayangggggg, terus, tekan yang kuaat
sayaang”. Aku terus menghantamkan batang kemaluanku tanpa memperdulikan
rintihnya. Aku tarik dengan gerakan perlahan dan ku dorong denga gerakan
menghentak sehingga tubuh Titi semakin bergetar. Ku mainkan buah
dadanya yang tergantung bebas.
Betapa legitnya kemaluan perempuan ini, ucapku dalam hati. Setelah
beberapa lama dalam posisi itu dan kulihat Titi sudah lelah, segera ku
cabut batang kemaluanku dan kembali ku telentangkan tubuhnya. Titi
membuka pahanya lebar-lebar hingga lubang kemaluannya agak terbuka. Ku
lesakkan kembali batang kemaluanku yang sudah mengeras ke lubang
kemaluannya dan kembali ku ayunkan pinggulku untuk menggerakkan batang
kemaluanku maju mundur di lubang kenikmatannya.
“ Kaaannngggg ….. ayooooo … Kaaannngggg ….. terusssss ….. oooohhhh …..”
Titi mendesah desah tidak karuan lalu ku peluk tubuhnya, ku lumat
bibirnya dan saat kurenggangkan tubuhku, segera ku hisap buah dadanya
hingga terdapat tanda merah.
Akhirnya tubuh Titi kurasakan mengejang. Matanya membeliak sebentar
lalu terpejam kuat, lubang kemaluannya terasa menjepit batang kemaluanku
dan jari-jari tangannya terasa membenam di kulit punggungku. Kupercepat
ayunan batangku dan ketika kurasakan aku akan segera tiba maka kutekan
pantatku dalam-dalam. Tanpa sadar kami kami berdua berteriak lirih dan
ku lepaskan cairan kenikmatanku untuk membanjiri lubang kemaluan Titi
yang paling dalam. Beberapa detik kami seolah tidak sadar dimana kami
berada ….. nikmat tiada terperi saat air maniku muncrat.
Tubuh kami menegang tanpa suara hingga beberapa saat lalu akhirnya aku pun roboh menindih tubuhnya.
Ku angkat kepalaku menatapnya dan Titipun menatapku.
“ Makasih, Sayang ….. indah banget pagi ini dengan permainanmu “
“ Aku juga makasih banget, Kang Adi dah buat aku merasakan nikmat yang luar biasa “
Setelah kurasakan ketegangan berkurang, aku rebahkan tubuhku di sisinya.
Nafas kami terdengar sangat keras dan saling bersahutan kemudian Titi
memelukku.
“ Kang Adi …. Jantan banget sih ….. aku sampai lemas begini “
“ Sama Ti, kau juga begitu liar melayaniku “
“ Nafsu kita, Sayang ….. “ katanya sambil mengecup bibirku.
Kami terbaring dengan tubuh sama-sama telajang, meresapi kenikmatan yang sudah terjadi lalu
“ Hari ini mau dibawa kemana aku ? “
“ Kau maunya kemana Ti ? “
“ Aku ingin menikmati keindahan tadi lagi nanti …. Jadi mendingan kita diam aja disini …. “
“ Lha … trus kita cuma makan daging mentah melulu ? “
“ Aaaaahhhhh …. Akang nakallll ….. “ katanya sambil mencubit dadaku yang
masih berkeringat. Lalu akhirnya kuajak dia untuk mandi di sumber air.
Kami mandi bersama dalam di tempat itu tanpa rasa khawatir akan ketemu
orang bahkan saat aku menyabuni tubuhnya, ku ajak dia untuk bersetubuh
di tempat itu tetapi dia menolak karena khawatir kulitnya akan tergores
oleh ranting-ranting. Ah, aku ingat, tubuhnya adalah modal utama
kepopulerannya ….. sehingga akhirnya aku hanya menciumi saja bibirnya,
pipinya. Usai mandi kami kembali ke tenda lalu berdua kami membuat
sarapan sambil diselingi obrolan, canda, godaan ….
|